Pages

Selasa, 04 Juli 2017

Pohon Karir

A.      Pengertian Karier
Menurut KBBI karier : perkembangan dan kemajuan dikehidupan, pekerjaan, jabatan, adalah suatu rangkaian perilaku dan sikap yang berhubungan dengan pengalaman maupun aktivitas kerja selama rentang waktu pada kehidupan seorang individu serta merupakan rangkaian aktivitas kerja berkelanjutan.

Contoh dari karir tenaga pendidik: guru, dosen, tutor, konselor dan lain-lain. Dan pada tenaga kependidikan: kepala sekolah, administrasi, pengawas sekolah, pustakawan dan lain-lain.

B.       Perencanaan Karier
Perencanaan karier adalah proses dimana seorang individu dapat menidentifikasi maupun mengambil langkah-langkah dalam mencapai tujuan kariernya. Melalui perencanaan karier ini nantinya setiap individu dapat evaluasi kemampuan maupun minat yang dimilikinya, lalu supaya dapat mempertimbangkan karier pilihannya, memilih karir alternatif, menyusun tujuan karirnya dan lain-lain.

C.      Pengertian Bimbingan Karier
Bimbingan karir juga merupakan salah satu bidang dalam bimbingan dan konseling yang ada di sekolah-sekolah. Menurut Winkel (2005:144). Bimbingan karir adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja, dalam memilih lapangan kerja atau jabatan atau profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapanan pekerjaan yang dimasuki.

Bimbingan karir juga dapat dipakai sebagai sarama pemenuhan kebutuhan perkembangan peserta didik yang harus dilihat sebagai bagian integral dari program pendidikan yang diintegrasikan dalam setiap pengalaman belajar bidang studi.

D.      Tujuan BK Karier
1. Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan
2.  Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karier
3. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja, dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri asal bermakna bagi dirinya dan sesuai dengan norma agama
4. Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan
5.  Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja dan kesejahteraan kerja
6.     Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu dengan merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat atau kemampuan dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
7.      Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karier, apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.

E.       Pengertian Pohon Karier
Pohon karier kelompok peminatan merupakan media bimbingan dan konseling untuk memudahkan konseli dalam memahami prospek karir setiap kelompok peminatan.

Pohon karier atau pohon harapan merupakan alat untuk menjaring permasalahan atau kebutuhan serta informasi yang ada dalam diri peserta didik (konseli). Harapan atau cita-cita yang dituliskan oleh peserta didik (konseli) menggambarkan harapan yang ingin diraih oleh masih-masing peserta didik (konseli). Peran konseling disini konselor akan bertanya bagaimana cara atau usaha untuk meraih harapan atau cita-cita yang telah digantungkan.

F.     Kelebihan dan Kekurangan Pohon Karier
Kelebihan:
1.      Modal yang digunakan sedikit
2.      Membangun minat siswa
3.      Dapat memanfaatkan barang yang tidak terpakai

Kekurangan:
1.      Membutuhkan keterampilan yang tinggi

G.    Cara pembuatan Pohon Karier
Bahan:
1.      Siapkan batang tanaman yang sudah dibersikan
2.      Siapkan pot atau wadah untung menaruh batang pohon
3.      Siapkan tanah atau batu untung menyanggah batang pohon yang ditaruh dipot
4.      Siapkan kertas karton, gunting, double tip atau lem, tali,  pernak pernik dll

Pembuatan:
1.      Taruh batang pohon yang sudah dibersihkan kedalam pot atau wadah
2.      Masukan tanah atau batu untuk menyanggah batang agar tidak mudah roboh
3.      Potong kertas karton menyerupai bunga, buah-buahan atau yang sesuai dengan keinginan
4.      Tuliskan karier apa yang akan dicapai dikertas yang sudah dipotong
5.      Ikat tulisan dengan tali dibatang pohon yang sudah dihias


Papan Bimbingan


A.      Media Bimbingan Konseling
Media bimbingan dan konseling adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan bimbingan dan konseling yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa atau konseli untuk memahami diri, mengarahkan diri, mengambil keputusan serta memecahkan masalah yang dihadapi.

Media bimbingan dan konseling selalu terdiri atas dua unsure penting, yaitu unsure peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsure pesan yang dibawanya (message/software). Dengan demikian perlu Anda camkan, media bimbingan dan konseling memerlukan peralatan untuk menyajikan pesan, namun yang terpenting bukanlah peralatan itu. Tetapi pesan atau informasi bimbingan dan konseling yang dibawakan oleh media tersebut.

Perangkat lunak (software) adalah informasi atau bahan bimbingan dan konseling itu sendiri yang akan disampaikan kepada siswa atau konseli, sedangkan perangkat keras (hardwere) adalah sarana atau peralatan yang digunakan untuk menyajikan pesan/bahan bimbingan dan konseling tersebut. Adapun salah satu contoh dari media bimbingan konseling adalah Papan Bimbingan.

B.       Pengertian Papan Bimbingan
Papan bimbingan adalah papan yang khusus digunakan untuk mempertunjukkan materi-materi bimbingan dan konseling yang berisi artikel, gambar, bagan poster, dan objek dalam bentuk tiga dimensi. Papan bimbingan juga merupakan salah satu media yang efektif bagi perubahan perilaku siswa.

Papan bimbingan merupakan media bimbingan dan konseling yang sangat murah, mudah pengadaannya, sangat efektif dilihat banyak siswa, tidak memerlukan perawatan khusus, dan sangat familier bagi guru, konselor, maupun siswa. Papan bimbingan merupakan media untuk memberikan informasi, imbauan, tempat menuangkan kreativitas, gagasan dan ide bagi siswa dan semua warga sekolah selama hal tersebut demi pertumbuhan dan perkembangan siswa. Papan bimbingan ini seringkali menjadi tempat semua siswa mendapatkan dan bahkan mencari informasi berkaitan dengan informasi belajar, karir atau peluang kerja, dan studi lanjut, bahkan pencerahan spiritual untuk meningkatkan kadar keimanan dan pendidikan moral/akhlak mulia siswa.

Mengingat begitu pentingnya papan bimbingan bagi siswa maka menuntut para guru pembimbing atau konselor untuk senantiasa menyajikan informasi yang up to date, dipajang dengan menarik, menggunakan bahasa lugas tetapi mengenai sasaran. Guru BK/Konselor mempersilakan siswa untuk memberikan informasi seluas-luasnya selama itu berguna bagi perkembangan dan membuka wawasan siswa lainnya yang sebelumnya melalui bimbingan seizin guru pembimbing atau konselor. Jadi tidak selamanya guru bk atau konselor sekolah sibuk dan repot mencari data atau informasi sendiri dan selanjutnya ditempel pada papan bimbingan, namun disadari bahwa siswa juga memiliki kemampuan luar biasa mencari informasi penting melalui internet yang dapat disebarluaskan kepada teman-temannya di sekolah melalui papan bimbingan.  Dengan demikian fungsi guru bk/konselor ialah memotivasi siswa memanfaatkan semaksimal mungkin papan bimbingan baik untuk menerima informasi maupun memberikan sumbangan informasi pada bidang belajar, pribadi, sosial, karir, maupun kehidupan berkeagamaan/akhlak mulia.

C.      Manfaat Papan Bimbingan
Adapun manfaat dari papan bimbingan diantaranya, yaitu:
1.      Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
2.      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra.
3.      Menimbulkan gairah siswa, interaksi lebih langsung antara siswa dengan guru BK.
4.      Proses layanan bimbingan dan konseling dapat lebih menarik.
5.      Kualitas layanan bimbingan dan konseling dapat ditingkatkan.
6.      Meningkatkan sikap positif peserta didik terhadap materi layanan bimbingan dan konseling.
7.      Dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman peserta didik.
8.      Dapat membangkitkan keinginan dan minat baru.
9.      Dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta didik untuk belajar.
Jadi, sangat jelas bahwa media papan bimbingan sangat membantu dalam berlangsungnya pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, media papan bimbingan memudahkan pemahaman bagi peserta didik dan dengan media papan bimbingan guru BK atau konselor sangat terbantu.

D.      Kelebihan dan Kekurangan Papan Bimbingan
1.    Kelebihan
a.    Biaya yang digunakan tidak terlalu banyak/murah dan pembuatannya mudah
b.    Dapat menarik minat siswa untuk membaca
2.    Kelemahan
a.    Membutuhkan ketrampilan dalam pembuatannnya
b.    Penyajian pesan hanya unsur visual saja (yang dapat dilihat).

E.     Cara Pembuatan Papan Bimbingan
1.    Ukuran papan bimbingan jangan terlalu besar atau kecil
2.    Alas yang digunakan bisa berupa triplek atau steroform
3.    Ukuran huruf jangan terlalu kecil agar mudah dibaca
4.   Kumpulkan bahan-bahan berupa gambar, kartun objek, gunting, lem, paku payung dan lain-lain
5.    Papan bimbingan harus menarik
6.    Agar menarik, perlu dicat dengan warna dan diberi bingkai agar terlihat rapi.
7.    Berilah judul yang menarik dengan warna dan ukuran yang besar agar terlihat dengan jelas.
8.    Gunakan gradasi warna agar lebih menarik siswa untuk melihat.
9.  Gunakan penyajian dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa, bukan bahasa guru  maupun bahasa yang terlalu formal.
10.    Lay out dan design menggunakan teknik dummy, yaitu meletakkan gambar agar seimbang.
11.    Tempelkan materi dalam papan bimbingan sesuai dengan fungsinya

Rabu, 07 Juni 2017

PSIKOLOGI KEDEWASAAN

Istilah adult beraal dari kata Latin, seperti juga istilah adolescene adolescere yang berarti “tumbuh menjadi kedewasaan.” Akan tetapi kata adult berasal dari bentuk lampau partisipel dari kata kerja adultus yang berarti “telah tumbuh menjadi  kekuatan dan ukuran yang sempurna” atau “telah menjadi dewasa.” Oleh karena itu, orang dewasa adalah individu yang telah menyeleaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. [1]

Setiap kebudayaan membuat pembedaan usia kapan seseorang mencapai status dewasa secara resmi. Pada sebagian besar kebudayaan Kuno, status ini tercapai apabila pertumbuhan pubertas sudah selesai atau hampir selesai dan apabila organ kelamin anak telah berkembang dan mampu berproduksi. Belum lama ini, kebudayaan Amerika seorang anak belum resmi dianggap dewasa kalau ia belum mencapai umur 21 tahun. Sekarang, umur 18 tahun merupakan umur dimana seseorang dianggap dewasa secara sah. Dengan meningkatnya lamanya hidup atau panjangnya usia rata-rata orang maka masa dewasa sekarang kurang mencakupwaktu yang paling lama dalam rentang hidup.

Masa dewasa terbagi menjadi 3 macam, yaitu :
1.        Masa Dewasa Dini
Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun. Saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif
2.        Masa Dewasa Madya
Masa dewasa madya dimulai pada umur 40 tahun sampai pada umur 60 tahun, yakni saat baik menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang.
3.        Masa Dewasa Lanjut (Usia Lanjut)
Masa dewasa lanjut atau usia lanjut dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian. Pada waktu ini, baik kemampuan fisik maupun psikologis cepat menurun, tetapi teknik pengobatan modern, serta upaya dalam hal berpakaian dan dandanan, memungkinkan pria dan wanita berpenampilan, bertindak dan berperasaan seperti kala mereka masih lebih muda.[2]

Batas usia-usia dini dan usia lanjut bagi masyarakat yang berbeda, bisa berbeda juga. Di Jepang, misalnya, di mana usia harapan hidupnya mencapai 72 tahun, seseorang yang berusia 69 tahun masih dianggap termasuk usia madya (usia pertengahan). Sedangkan di Indonesia, yang usia harapan hidupnya 62 tahun, orang tersebut sudah dianggap manusia lansia (lanjut usia).[3]

Memasuki alam kedewasaan, seorang laki-laki harus mempersiapkan diri untuk dapat hidup dan menghidupi keluarganya. Ia harus mulai bekerja mencari nafkah dan membina kariernya. Kaum perempuan juga harus mempersiapkan diri untuk berumah tangga. Di Indonesia masih terdapat resiko untuk dianggap “perawan tua”, kalau belum mendapat pasangan pada umur tiga puluhan. Kalau ia berhasil mendapatkan suami, maka timbul pula problem-problem keluarga dan problem-problem mengenai anak-anaknya. Demikian seterusnya, problem-problem itu selalu berdatangan.

Di dalam masyarakat pada umumnya, pria dan perempuan mempunyai peranan yang berbeda. Laki-laki mencari nafkah, agresif, dan dominan. Sedangkan perempuan mengurus rumah tangga, pasif dan lebih submisif. Perilakunya pun berbeda, pria lebih kasar, perempuan lebih halus. Perbedaan itu ternyata tidak semata-mata disebabkannoleh faktor-faktor biologis, tetapi lebih banyak lagi ditentukan oleh faktor-faktor kebudayaan.

Namun, di lingkungan psikologi sendiri pembagian peran lelaki-perempuan sudah menjadi isu yang kontroversial sejak lama. Salah satunya adalah Sandra Bem (1974) yang membuktikan bahwa walaupun ditinjau dari tubuhnya ada dua macam manusia, yaitu laki-laki dan perempuan, secara psikologi ada empat jenis kelamin (gender), yaitu :
1.        Maskulin (yang biasa terdapat pada laki-laki : tegas, rasional, cepat membuat keputusan, dan lain-lain).
2.        Feminim (yang biaa terdapat pada perempuan : lemah-lembut, emosional, lebih suka mengikuti keputusan, dan lain-lain).
3.        Androgin (pria atau perempuan yang mempunyai sifat maskulin maupun feminim yang sama kuat).
4.        Tak tergolongkan (dalam tes gender menunjukkan skor maskulin dan feminim yang sama-sama rendah).

Kondisi-kondisi yang memudahkan peningkatan mobilitas sosial pada masa dewasa dini :
·           Tingkat pendidikan yang tinggi menjadi dasar keberhasilan dalam bisnis atau bidang profesi yang akan membuka jalan bagi individu yang bersangkutan untuk menjalin hubungan dengan orang-orang yang statusnya lebih tinggi.
·           Menikah dengan orang yang statusnya lebih tinggi
·           Penerimaan dan penerapan kebiasaan, nilai dan lambang dari suatu kelompok yang berstatus lebih tinggi
·           Peran serta aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat dari golongan atas[4]

Peran pakaian pada masa dewasa dini :
·           Meningkatkan penampilan
Oarang-orang muda memilih pakaian yang menonjolkan segi-segi positif dan menutupi segi negatifnya. Ketika tanda-tanda ketuan mulai nampak, mereka memilih pakaian yang membuatnya tampak lebih muda dari usia sebenarnya.
·           Indikasi statu sosial
Orang dewasa muda, terutama mereka yang banyak bergaul dalam lingkungan kerja maupun lingkungan sosial, memakai pakaian sebagai simbol status yang mengidentifikasikannya dengan suatu kelompok sosial tertentu.
·           Individualitas
Pakaian dimaksudkan untuk menggolongkan seseorang dalam suatu kelompok sosial tertentu, seseorang juga berupaya agar pakaiannya tetap menunjukkan identitasnya sebagai individu agar diperhatikan dan dikagumi oleh anggota-anggota kelompoknya.
·           Prestasi sosio-ekonomi
Pakaian dapat juga menunjukkan keberhasilan ekonomi seseorang secara cepat dan subtil. Pakaian yang mahal, peserdiaan pakaian yang berlimpah, pakaian yang dirancang oleh desainer-desainer atau produk pabrik yang terkenal menunjukkan bahwa pemakai memiliki banyak uang untuk membeli pakaian-pakaian mewah.
·           Meningkatkan daya tarik
Oarang yang memiliki tubuh kurang seksi biasanya memilih pakaian untuk meningkatkan daya tariknya.

Ciri kedewasaan pada anak perempuan antara lain, ialah :
1.        Punya rencana dan tujuan hidup
2.        Kerja atau karya
3.        Pembentukan diri dan stabilitas normativ
4.        Kemandirian yang susila dan bertanggung jawab
5.        Partisipasi aktif dan konstruktif
6.        Teratur, terbentuk, ‘tertutup’ dan relativ stabil[5]



[1] Elizabeth B. Hurlock,1980.Psikologi Perkembangan, PT Gelora Aksara Pratama: Jakarta, hlm. 246
[2] Ibid, hlm. 247
[3] Surlito W. Sarwono,2012. Pengantar Psikologi Umum, Rajawali Pers: Jakarta, hlm. 84
[4] Elizabeth B. Hurlock,Op.cit. hlm. 266
[5] Ade Benih Nirwana, 2011. Psikologi Ibu, Bayi dan Anak, Nuha Medika: Yogyakarta, hlm. 29